Pernakah teman-teman melamun di puncak tertinggi Kota Bandung?. Pertanyaannya agak aneh-aneh gimana gitu ya, ngapain juga melamun di tempat yang tinggi-tinggi amat. Kalo mau melamun cukup di rumah aja Mas, nggak usah di tempat yang tinggi-tinggi juga kali hehehehe.
Sabtu kemarin saya dan teman saya (J) kembali “berpetualang”. Kita berdua mengunjungi sebuah tempat yang konon katanya merupakan titik tertinggi yang ada di Kota Bandung. Nama tempatnya adalah Bukit Moko. Di mana lokasinya berada?, Bukit ini terletak di daerah sekitar terminal Cicaheum, naik ke atas ke Padasuka, lurus terus naik ke atas hingga mentok, nah disitulah Bukit Moko berada hehehehe. Dari puncak tertinggi Bandung ini, kita bisa melihat pemandangan dan landskap Kota Bandung yang indah. Penasaran kan? hehehehe.
Karena kita berdua termasuk tipe petualang yang menganut alira Bolang hehehehe, perjalanan ke Bukit Moko kita lakukan dengan cara agak sedikit berbeda Sob, kita putuskan jalan kaki saja dari Padasuka hingga Bukit Moko, walaupun sebenarnya Ferari merah udah standy by garasi. Di garasi? hehehehe yang pasti bukan di garasi rumah saya, hehehehe just kidding. Biasanya pengamalan-pengalaman unik akan didapat ketika mencoba hal-hal baru seperti ini. Ceritanya jalan-jalan sambil olahraga pagi lah, hitung-hitung latihan sebelum ke Gunung yang beneran nanti hehehehe.
Jam tujuh pagi kita berdua sudah nongkrong di Terminal Cicaheum. Dari rumah, kita naik angkot sekali ke terminal ini. Menurut info dari aplikasi navigasi internet, jarak dari Terminal Cicaheum ke Bukit Moko sekitar 8 kilo sekian, dapat ditempuh dengan waktu dua jam lima belas menit lengkap dengan rute jalan yang dianjurkan. Trekking saya bagi menjadi 2 section, Padasuka-Caringin Tilu (5 km) dan Caringin Tilu-Bukit Moko (3 km). Dari terminal ini kami menyusuri Jalan Padasuka hingga ke atas hingga Desa Cimenyan. Kondisi jalan dapat dikatakan baik, jalan beraspal yang dapat dilalui oleh dua kendaraan. Di sepanjang jalan ini ,kanan kirinya banyak berdiri rumah-rumah warga. Selama perjalanan kami bertemu dengan komunitas-komunitas sepeda yang lagi nanjak juga ketika itu.

Desa Cimenyan
Hampir sejam berjalan kaki, kami tiba di desa Cimenyan. Dari desa ini, kontur jalan terus menanjak, jarang sekali ditemukan jalan datar. Di pinggir jalan, teman saya bertanya kepada warga lokal untuk memastikan jalan yang kami ambil benar. “Pak Warung Daweung masih jauh?” tanya teman saya, “masih jauh dek, tebih keneh, Bapak sarankan jangan ke situ-lah kalau jalan kaki, kalau naek sepeda mah tiasa” jawab Bapak tadi, “jauh banget ya Pak?”, “iya jauh, nanjak lagi” jawab Bapak lagi, “Iya Pak makasih, tapi saya mau coba dulu” sambung teman saya lagi, “Nah jadi pemuda harus gitu dong, berani coba” sambung si Bapak semangat. Habis berpamitan kita lanjut jalan lagi. Mendengar omongan Bapak tadi bikin nyali agak ciut juga hehehehe. Gak masalah jauh jalannya, tapi tanjakan-tanjakannya itu lho, bikin dengkul habis hehehehe.
Menyusuri jalan di Desa Cimenyan, lebar jalan mulai menyempit namun kondisi jalan tetap bisa dikatakan baik, jalannya masih beraspal. Rumah-rumah warga sudah mulai jarang terlihat, dan digantikan oleh kebun-kebun sayur warga sebagai pemandangan di sepanjang jalan. Kontur jalan tetap saja menanjak, lagi-lagi sangat jarang kami menemukan jalan datar. Saya sempat membeli air minum di pinggir jalan, dan bertanya kepada penjual, katanya Caringin Tilu sekitar dua tanjakan lagi. Menurut saya inilah rute terberat, terbentang dari sebelum mendekati Caringin Tilu hingga menuju Bukit Moko, benar-benar menguras tenaga dan mengeksploitasi denngkul Sob hehehehe.

Caringin Tilu

Pohon Caringin (Beringin)

Caringin Tilu
Akhirnya setelah berjalan dua jam lamanya, section 1 finished, delay satu jam Sob dari perkiraan rencana saya. Tapi nggak apa-apa yang penting kita sampai di Caringin Tilu walaupun telat hehehehe. Kenapa tempat ini dinamakan Caringin Tilu, karena di tempat ini ada pohon beringin besar, yang dalam Bahasa Sunda pohon beringin disebut Caringin, begitulah kira-kira sekilas sejarah tentang Caringin Tilu. Caringin Tilu boleh dikatakan merupakan sebuah tempat yang dijadikan anak-anak muda untuk menghabiskan akhir pekan. Sebenarnya tempat ini hanya berupa jalan yang kanan-kirinya berdiri warung-warung makan yang biasa dijadikan tempat anak muda berkumpul. Yang membuat Caringin Tilu menjadi tempat cukup istimewa adalah karena letaknya berada di ketinggian. Dari sini, Kota Bandung dapat terlihat begitu menarik dan pemandangannya begitu indah.
Cukup bersitirahat sebentar dan tentunya foto-foto terlebih dahulu di Caringin Tilu, kami lanjut jalan lagi menuju tujuan yang sesungguhnya Bukit Moko. Tujuan kami adalah Warung Daweung di Bukit Moko. Setelah lewat Caringin Tilu, kami menyusuri setidaknya dua kampung dan beberapa kebun warga sebelum mencapai Bukit Moko. Kondisi jalan agak kurang terawat namun masih bisa dilewati oleh kendaraan bermotor. Di tengah perjalanan, kami ditawari oleh warga yang ingin memberikan tumpangan mobil pick-up yang kebetulan satu arah menuju Bukit Moko. Namun teman saya menolak dan berterima kasih kepada pemberi tumpangan karena kita masih kuat untuk berjalan kaki. Ternyata masih banyak juga ya orang baik di negeri ini ya Sob hehehehe.
Karena kontur jalan yang terus menanjak dan tenaga mulai terkuras habis, kami sempat beristirahat di bebarapa titik di pinggir jalan. Sambil beristirahat, teman saya bertanya kembali kepada Ibu-Ibu yang sedang berkebun cabe. “punten Bu, Warung Daweung masih jauh?”, ”tebih keneh Cep, dua tanjakan lagi” katanya. Beh warga di sini kalo ditanya jarak, jawabannya bukan berapa meter atau berapa kilo lagi, jumlah tanjakan maenannya hehehehe.
Mendekati Bukit Moko, jalan aspal berubah menjadi jalan berbatu. Tiba di kampung terakhir sebelum Bukit Moko, teman saya bertanya lagi sama anak-anak kecil yang sedang bermain di jalanan. “Warung Daweung masih jauh Cep?”, ”tuh” jawab anak kecil sambil menunjuk suatu bangunan kecil di salah satu puncak bukit. Wow ternyata masih jauh Sob, ternyata kita masih harus jalan lagi. Nggak papa, di-asikin aja, yang penting sampe di puncak tertinggi Kota Bandung ya nggak hehehehe.

Warung Daweung

Halaman depan WD
Akhirnya setelah berjalan kaki kurang-lebih empat jam lamanya dari bawah, kita sampe juga di tujuan terakhir yaitu Bukit Moko. Konon katanya tempat ini merupakan titik tertingginya Kota Bandung. Tempat ini berada di ketinggian sekitar 1500-an meter dari permukaan laut. Di puncak bukit ini, terdapat satunya-satunya warung, yang dinamakan Warung Daweung (WD). Warung ini merupakan tempat terbaik untuk melihat Kota Bandung dari bukit ini. Sebenarnya akses jalan menuju WD bisa dilalui kendaraan bermotor baik motor dan mobil. Namun sebelum menuju ke tempat ini, kondisi kendaraan harus dipastikan bebar-benar fit mengingat kontur jalan yang cukup es krim, eh ekstrim hehehehe.

Kebun sayur dan hutan pinus

VIew Kota Bandung dari Bukit Moko
Daweung dalam bahasa Sunda artinya adalah melamun. Jadi warung ini adalah warung untuk tempat melamun. Namun menurut saya nih ya dari pada melamun di sini lebih baik menikmati pemandangannya, rugi kalo cuma melamun di sini hehehehe. Dari depan warung ini, kita bisa melihat cekungan Bandung, Bandung yang dikelilingi oleg gunung-gunung, di tengah-tengahnya berjejer bangunan-bangunan. Di belakang warung ini, kita bisa lihat hutan pinus yang rapat. Kanan-kirinya, kita bisa lihat kebun-kebun warga yang tersusun rapi. Pokonya indah banget Sob hehehehe. Sayang kamera saya kurang “kuat” untuk mengabadikan keindahan bukit ini, maklum cuma pake kamera saku doang heuheuheu.
Sambil menunggu makanan yang di kita pesan. Kita foto-foto narsis dulu di sini Sob hehehehe. Selain pemandanganya indah, satu lagi udaranya di sini tuh sejuk banget, khas aroma gunung. Pokoknya empat jam kaki jalan kaki terbayar lunas setelah sampai di puncak bukit ini hehehehe.
Beres makan dan istirahat di Puncak Moko, kita putuskan pulang. Untungnya baru beberapa ratus meter berjalan turun ke bawah, kita ketemu orang baik lagi, kita diberikan tumpangan sama mobil pick-up pengangkut pasir yang kebetulan satu arah dengan kita. Lengkap sudah petualangan seru kali ini. Mantape hehehehe.
What a nice adventure. Salam Petualang!!!!
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/03/25/keindahan-bukit-moko-puncak-tertinggi-kota-bandung-540369.html
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/03/25/keindahan-bukit-moko-puncak-tertinggi-kota-bandung-540369.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar